Thursday, August 17, 2006

SMA XAVERIUS 1: EMAS USIAMU, EMAS PRESTASIMU!



Foto Staf SMA Xaverius 1 Palembang tahun 2002-2005. Ki-ka: Y.S. Eko Hadi Lelono, B.A. (Waka Humas, Drs. Kasdi Haryanta (Waka Kurikulum), F.X. Tumpal Sihotang, S.H. (Waka Kesiswaan), Drs. I. Sukendro (Kepala Sekolah), dan tengah depan Dra. Lucia Chia (Waka Sarana).

MENAPAK JEJAK SMU XAVERIUS 1 DALAM USIA EMAS
SMU Xaverius 1 memang telah membuat sejarah, baik bagi masyarakat Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan maupun tingkat nasional dan internasional. Pada usia emasnya, telah terukir jejak-jejak langkah perjalanan hidupnya yang melibatkan lebih dari lima belas ribuan peserta didik dan ratusan guru dan karyawan.
Untuk menapak jejak langkah perjalanan sekolah yang telah berusia
ini perlu dideskripsikan riwayat berdirinya, mengapa didirikan, siapa pelopornya, mengapa menggunakan nama Xaverius, bagaimana perkembangannya, siapa kepala-kepala sekolahnya yang sudah berganti sembilan kali, dan apa prestasi yang sudah pernah diukir SMU Xaverius 1 dari waktu ke waktu.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka sejarah SMU Xaverius 1 dapat dikelompokkan dalam beberapa babak: 1) 1951-1961: masa kelahiran dan pengukiran prestasi; 2) 1962-1971: masa pertumbuhan dan pengembangan prestasi; 3) 1972-1987: masa pelestarian dan peningkatan prestasi ke arah global.
I. 1951-1961: MASA KELAHIRAN DAN PENGUKIRAN
PRESTASI
Tepatnya tanggal 15 Juli 1951, setelah enam tahun bekerja di Palembang, seorang frater kelahiran Zieuwent, Belanda, L.F.J. Nienhuis mendirikan sekolah yang diberi nama SMA Xaverius. SMU Xaverius 1 yang sekarang memang berawal dari nama SMA Xaverius, didirikan dengan satu tujuan Pro Ecclesia et Patria (Demi Gereja dan Negara/Tanah Air). Proses pendidikan diselenggarakan berdasarkan konsep Pendidikan Nasional Pancasila. Atas hal tersebut SMU Xaverius 1 berasaskan agama Katolik (Tri-Pancawarsa SMA Xaverius, 1966:27)
“Pada waktu itu terlalu banyak sekolah yang mesti diurus oleh Yayasan Xaverius, sedangkan tenaga tidak cukup. Syukurlah dalam banyak hal kami mendapat bantuan dari Kantor Inspeksi yang waktu itu dipimpin oleh Bapak Reni dan Bapak Sitohang. Dan Karena Fr. Plechelmo dan saya juga mengajar pada SMA dan SGA Negeri, maka ini memungkinkan adanya tenaga-tenaga guru negeri yang mengajar di sekolah kita. Namun tanpa adanya kesediaan Fr. Plechelmo untuk mengajar sebagian besar dari pelajaran Ilmu Pasti, saya kira SMA tidak bisa berdiri pada tahun 1951. Selain itu kami mendapat restu dari Bapak Uskup Mgr. Mekkelholt almarhum dan dari pimpinan para frater kami memperoleh izin untuk memulainya,”kenangL.F.J.Nienhuisalias Frater Monfort (25 Tahun SMA Xaverius 1 Palembang, 1976: 23).
“Dalam bulan Juni 1951 ‘Keluarga Xaverius’ digembirakan dengan kelahiran seorang ‘anak’ baru yang diberikan nama kecil ‘SMA’, sedangkan nama keluarga tetap ‘Xaverius’. Walaupun ‘kelahiran’ itu sudah agak lama dicita-citakan dan direncanakan, perisiwa itu terjadi dengan cukup susah payah. Tempat tinggal sebenarnya belum ada, guru tetap belum ada, murid-murid cuma sedikit, bahkan buku-buku pun untuk SMA hampir tidak ada pada waktu itu. Namun demikian ada harapan juga bahwa ‘anak kecil’ itu dapat hidup dan berkembang, pertama, karena kelahirannya memenuhi suatu keinginan dan kebutuhan masyarakat, dan kedua, karena ‘anak’ itu lahir dalam suatu keluarga baik dan teratur, yang pasti akan berusaha sekuat tenaga untuk memajukannya,” tulis Mgr. J.H. Soudant SCJ (Op. cit., halaman 19).
Yayasan Xaverius kemudian mengambil pertanggungjawaban terhadap sekolah tersebut dengan tidak melihat bahwa sekolah yang baru ini akan mengalami perkembangan yang hebat serta adanya kesulitan-kesulitan yang akan dialaminya sehubungan dengan berdirinya sekolah baru ini (Op. cit., halaman 23)
Tujuan utama didirikannya sekolah tersebut adalah Pro Ecclisia et Patria (Demi Gereja dan Tanah Air), dalam arti untuk menampung putra-putri Indonesia beragama Katolik yang ingin melanjutkan pendidikannya ke SLTA. Hal tersebut bukan berarti SMA Xaverius tertutup bagi putra-putri Indonesia yang lain, melainkan tetap terbuka bagi seluruh orang tua yang mempercayakan putra-putrinya mendapatkan didikan di SMA Xaverius.
Lokasi penyelenggaraan sekolah pada mulanya di sebuah gedung yang terletak di Jalan Talang Jawa Lama No. 4, di belakang Gereja Hati Kudus Lama (sekarang Kompleks Pastoran). Pada mulanya baru satu kelas. “Demi sekolah baru ini juga, Pastor Gisbergen telah mengorbankan sebagian tempatnya untuk keperluan SMA. Prasarana yang kurang baik dari sekolah ini dapat diimbangi dengan adanya iklim yang baik dan kerjasama yang erat antara staf pengajar dan para siswa,” tulis kepala sekolah pertama SMA Xaverius dalam Kata Sambutan (Ibid.)
Memang, jawaban untuk siapa pendiri SMA Xaverius , Frater L. F. J. Nienhuis bukanlah satu-satunya biarawan yang mendirikan, tetapi juga berkat kerja keras dan ide dari Pastor Wilhelmus Lorentius Cornelius Boeren yang menjadi pimpinan Yayasan Xaverius (Yayasan Xaverius berdiri sejak 05 Mei 1930, sesuai dengan bunyi akta notaris Christian Mathius menyebutkan : “Berlakunya badan hukum tersebut sejak tanggal 12 Juli 1929”.
Mengapa dipilih nama Xaverius?
Nilai-nilai yang mendasari pemilihan nama seorang Santo Pelindung, Fransiskus Xaverius, sebagai nama sekolah yang didirikan lebih didasarkan pada sisi yang mewarnai pribadinya selama ia berkarya sebagai misionaris sepanjang hidupnya. Santo Fransiskus Xaverius memiliki sikap dan karakter sebagai berikut:
1. kedisiplinan, kegigihan, dan kecermatan, yang merupakan dasar umum suatu keberhasilan pendidikan;
2. keteraturan dan pengawasan (evaluasi) ketat, yang lebih menjamin tercapainya keberhasilan pendidikan;
3. metode humanis dalam proses yang mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan “menjadikan manusia intelektual dan terpelajar yang bermoral dan humanis, memiliki kepekaan sosial yang tinggi dan bijaksana”.
Di sisi lain Fransiskus Xaverius memiliki motto “In te Domine, speravi non confundar in aeternum” (“Pada-Mu Tuhan, aku berlindung. Jangan sekali-kali aku mendapat malu”).
Siapa yang mempunyai andil berjuang dalam memajukan SMA Xaverius ?
Yang turut andil berjuang memajukan SMA Xaverius ada tiga komponen yaitu, pertama Yayasan Xaverius, kedua Pemerintah, dan ketiga masyarakat. Tentu saja yang dimaksud dengan keikutsertaan Yayasan memajukan SMA Xaverius di sini tidak hanya staf Yayasan Xaverius, tetapi para direktur SMA Xaverius, staf tata usaha dan secara khusus adalah bapak-ibu guru yang terjun secara langsung dengan sabar, tekun, dan bekerja keras dalam membimbing, mendidik, dan mengajar siswa-siswinya.
Dalam perkembangan berikutnya lokasi sekolah berpindah dari yang semula berada di Jalan Talang Jawa Lama No. 4, ke gedung sendiri yang dibangun di daerah rawa. “Pengganti saya (J.H. Soudant-Red.)kemudian membangun gedung yang sekarang masih ada, suatu lembaga bagi anak-anak yang penuh bakat untuk menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan tanah air,” lanjut tulisan Frater Monfort (Ibid.) Lokasi gedung itu kemudian terkenal dengan nama Jalan Bangau 60, Palembang hingga sekarang. Perpindahan tempat belajar itu terjadi dalam pertengahan tahun ajaran 1952/1953. “Kondisi lingkungan saat itu belum seperti sekarang. Jalan menuju ke sekolah pun masih jalan setapak dan rumah permanen yang ada di sekitar waktu itu baru sampai daerah Rambang. Lorong Pagar Alam (sekarang Jalan Mayor Ruslan) sampai ke sekolah dan yang lain masih rawa,” kata Drs. F.S. Bandiman menceritakan sejarah sekolah secara singkat.
Waktu itu kondisi masyarakat dan pemerintah belum seperti sekarang. Maka, untuk keperluan kegiatan belajar-mengajar pun masih banyak kekurangan sarana, termasuk kapur tulis. Salah seorang sumber mengatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan kapur pun Pastor J.H. Soudant SCJ harus memesan kiriman dari Negeri Kincir Angin, Belanda.
Jumlah murid pada masa Frater L. F. J. Nienhuis yang memimpin ada sebanyak 32 siswa. Mereka yang terdaftar sebagai murid perdana tersebut adalah :
1. Charlotte Marie Sleebas
2. Pieter Tan
3. Norbertus Aloysius da Graca
4. David Eduardus Tif
5. Johan Muda Siahaan
6. Partomuan Siahaan
7. Frans Tamba
8. Zainal Abidin
9. Max Karundeng
10. Willy Karundeng
11. R. Abdurrachman
12. Ong Ek Wie
13. Davy Hutabarat
14. Picie Liem
15. Sjaiful Azhar
16. Salahat
17. Soedjono
18. Halimah Madian
19. Ronald Hoop
20. Noerhajati
21. R. Machmud Badaruddin
22. Talina Rivai
23. A. Firdaus
24. Sofian
25. Suseno
26. Subroto
27. Dentiria Dawana Hutabarat
28. Sindik Hutabarat
29. Jenny Maro
30. Fati Rusmiati
31. Lucia Lim
32. Agus Keru
Ketiga puluh dua orang siswa-siswi itu diasuh oleh:
1) L. F. J. Nienhuis (merangkap kepala sekolah);
2) J. B. Dierselhuis;
3) W. G. Lap;
4) Rasjid;
5) Sumartono;
6) Tjioe Tjeng Hok;
7) Toruan;
8) Wentholt;
9) Liefvoort H.V.D.;
10) Bambang Utomo;
11) J. H. Soudant.
Berkat kerja sama yang erat antara pemerintah dengan Yayasan Xaverius maka tanggal 01 Juli 1952 SMA Xaverius mendapat subsidi dari pemerintah khususnya dari Menteri Pengajaran dan Kebudayaan. “Pada tahun yang kedua tiba-tiba tanpa disangka-sangka datanglah inspeksi dari Jakarta dan sekolah mendapat subsidi sehingga keuangannya menjadi lebih baik,” tutur Frater Montfort. (Ibid.)
Tahun 1953, Frater L. F. J. Nienhuis meninggalkan Palembang karena mendapat tugas baru di Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, untuk menjadi direktur SGA. Untuk menggantikan beliau dipilihlah seorang pastor kelahiran Heer, Belanda, 30 Maret 1922 bernama Joseph Hubertus Soudant, SCJ. Pastor ini memimpin SMA Xaverius tahun 1953 – 1956. Waktu itu beliau merangkap menjadi kepala sekolah SMEA Xaverius yang didirikan oleh Yayasan Xaverius, tanggal 1 September 1953.
Dalam perkembangannya, SMEA Xaverius akhirnya dilebur ke dalam SMA Xaverius, tepatnya tanggal 1 Agustus 1955. Seluruh murid SMEA tersebut dimasukkan ke SMA bagian C. Oleh karena itu, mulai saat itu SMA Xaverius mempunyai dua jurusan, yaitu Bagian B (sekarang IPA) dan Bagian C (sekarang IPS). Bersamaan dengan peleburan SMEA Xaverius ke dalam SMA Xaverius, Yayasan Xaverius mendirikan SGA Xaverius dipimpin oleh Sr. M. Helena dan Bapak Sudarmadi. Tahun 1970 SGA tersebut ditutup.
Di di sisi lain, untuk mewujudkan tujuan pendirian Yayasan Xaverius: “Mengembangkan cinta kepada sesama dan pendidikan”, maka pihak Yayasan menunjuk Pastor J. H. Soudant yang sudah berpengalaman di bidang pendidikan diberi tugas untuk memimpin anak-anak asrama di Asrama Rumah Yusuf, di Baturaja yang sudah berdiri sejak tahun 1948. Dengan demikian Pastor J. H. Soudant harus meninggalkan SMA Xaverius untuk mengemban tugas barunya.
“Sekolah ini (SMA Xaverius) dimulai oleh kaum rohaniwan, yang selama 10 tahun memegang pimpinan. Tetapi sesudah itu pimpinan diserahkan kepada kaum awam, dan rasanya hasil pekerjaan mereka boleh dibanggakan. Hasil yang baik itu hanya mungkin, karena mereka bekerja dengan semangat dan dedikasi besar, dengan rasa tanggung jawab terhadap murid dan orang tua mereka, serta terhadap masyarakat pada umumnya. Sebenarnya ini hal biasa: seharusnya begitulah, karena setiap orang yang jujur dan menghargai diri seharusnya menjunjung tinggi profesinya dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai hasil semaksimal mungkin,” tulis Pastor J.H. Soudant SCJ (Op. cit., halaman 17)
Dalam perkembangan sejarah pribadi, Pastor J.H. Soudant, SCJ kemudian mulai 29 Juni 1961 menjabat sebagai Uskup Agung Palembang. Monsinyur Soudant, demikianlah nama yang akrab di hati umat, akhirnya kembali ke negeri Belanda, juga sebagai imam, setelah demikian lama mendampingi umat di Palembang dan Sumatera Selatan.
SMA Xaverius kemudian dipimpin oleh pastor lain, kelahiran Den Haag, Belanda, 11 Juli 1917 bernama Johanes Jacobus Maria Goeman SCJ. Pemilihan Pastor J. J. M. Goeman SCJ sebagai Kepala Sekolah SMA Xaverius bukannya tanpa dasar. Pertimbangan historisnya, beliau telah berpengalaman sebagai rohaniwan di Palembang (tahun 1948-1951), Lahat dan Tanjung Enim (1949-1950), di Jakarta (1950-1951), bahkan pernah mendidik dan mengajar di SMA Kolese de Britto dan SMA St. Thomas di Yogyakarta (Juli 1952 – Agustus 1954).
Selama Pastur J. J. M. Goeman SCJ. menjadi pimpinan SMA Xaverius tahun 1956-1961 banyak keberhasilan yang telah dicapai antara lain :
1. Atas bimbingannya, para murid berhasil mendirikan wadah persatuan pelajar, tepatnya Kamis, 29 November 1956 dengan nama Ikatan Pelajar SMA Xaverius , yang kemudian bernama Perhimpunan Pelajar Sekolah Katolik (PPSK) SMA Xaverius 1 yang dalam perkembangannya menjadi OSIS/PPSK SMA Xaverius 1. Sekarang, sesuai dengan perubahan nama SMA menjadi SMU, nama berganti menjadi OSIS /PPSK SMU Xaverius 1.
2. Pendirian sebuah wadah untuk menampung gagasan kreativitas siswa secara tertulis, maka lahirlah GITA PELAJAR, terbit pertama bulan Januari 1957, dan setiap bulan sekali terbit. Dalam perkembangannya, media komunikasi siswa tersebut mengalami perubahan masa terbit. Sekarang hanya terbit empat kali per tahun. Di sisi lain majalah tersebut kemudian berganti nama menjadi GITA hingga sekarang.
3. Disetujui gagasan para siswa untuk menetapkan lambang perhimpunan pelajar sekolah. Lalu diadakanlah sayembara merancang lambang tersebut. F.X. Mulyadi (sekarang sudah almarhum) keluar sebagai pemenangnya. Karya cipta F.X. Mulyadi ini akhirnya menyejarah sebagai lambang OSIS/PPSK SMU Xaverius 1. Bahkan, makna lambang menjadi meluas, tak sekadar di SMU Xaverius 1 sebab sekarang dipakai juga oleh SMU Xaverius 3, 4, dan SMK Xaverius. (Baca: Obituari F.X. Mulyadi)
4. SMA Xaverius berhasil membuka Bagian A, 1 Agustus 1959.
5. Langkah demi langkah tergores dalam sejarah. Akhirnya tahun 1959, SMA Xaverius mempunyai tiga jurusan: Bagian A, B, dan C (sekarang jurusan IPA, IPS, dan Bahasa).
Tugas Pastor J.J.M. Goeman SCJ sebagai kepala sekolah -waktu itu populer dengan istilah direktur-SMA Xaverius berakhir tanggal 30 November 1961. Kemudian beliau mendapatkan tugas sebagai Rektor Seminari St. Paulus sekaligus Rektor SMU Xaverius.
Sebagai gambaran, siswa (sekarang alumni) yang memilih jurusan Bagian A angkatan pertama antara lain :
1. Arpan Zainuri, S.H. (Palembang)
2. Drs. Blasius Mohammad. (pernah mengajar setahun, 1971, di SMA Xaverius)
3. M. Amin Asari, B.A. (Kepala Kampung 9 Ilir)
4. Frans Sutarno, S.H. (terkahir di Departemen Agama Palembang, almarhum)
5. F. Penny Effendy, B.A. (guru PMP/PPKn pada SMU Xaverius 1, pensiun, sekarang menjadi Pengurus Harian YayasanKusuma Bangsa)
6. F.X. Sucipto Rewa, B.A. (Wakil Kepala Sekolah SMA Negeri Muara Enim)
7. Alfonsus Purbono Dewo, B.A. (guru Bahasa Indonesia di Lampung)

Dalam kata sambutan Tripancawarsa SMA Xaverius (1966: 25) Pastor J.J.M. Goeman antara lain menulis, “Rasa syukur kepada Tuhan bahwa berkat segala kebaikan itu, selama lima belas tahun sekolah kita dapat melaksanakan tugasnya yang luhur, dan memenuhi cita-cita kebangsaan yang diharapkan, mendidik dan membimbing tunas-tunas muda Pancasilais sejati, yang mengabdi kepada Tuhan, Nusa, dan Bangsa.”

II. 1962-1971: MASA PERTUMBUHAN DAN PENGEMBANGAN PRESTASI

Periode Desember 1961 sampai 1 Desember 1966, pimpinan SMA Xaverius dipercayakan kepada Bapak Drs. F.S. Bandiman. Selama kepemimpinan beliau, banyak prestasi yang dapat mengangkat nama harum sekolah hingga demikian dikenali oleh masyarakat dan instansi terkait. Nama SMA Xaverius menjadi bagian hidup masyarakat Palembang dan membentuk persepsi tersendiri di hati mereka. Nilai-nilai plus yang sangat khusus dimiliki oleh SMA Xaverius sehingga paradigma masyarakat terbentuk. Semua terukir lewat prestasi dan kebehasilan.
Hal ini antara lain terukir lewat:
1. Keberhasilan dalam membentuk unit drum band yang terbaik di kota Palembang, dengan nama Vica Lokajaya. Pemain mayoret yang terkenal adalah Mansyahardin dan Afridal Mara. Pemain mayoret putri dalam sejarahnya antara lain Yati Bambang Utoyo, Tari Bambang Utoyo, Badiah Parizade, Mimi, dan Irma Smith. Drum band yang ada waktu itu terdiri atas: stoc master: 2 orang putri, 2 orang pemain bell lyra, 1 orang bass drum, 24 orang pemain genderang, 12 orang pemain unit tenor, 16 orang peniup sangkakala, dan 36 orang peniup seruling. Rosihan Arsyad (sekarang Gubernur Sumatera Selatan) memegang genderang, begitu juga dengan F.X. Tjen Hian Hauw (Pastor Hendra Winata Pr. yang sekarang sebagai Vicaris Jenderal Keuskupan Pangkal Pinang.
2. Dalam bidang olah raga, tahun 1965 tim basket SMA Xaverius mewakili pelajar wilayah Sumatera Bagian Selatan mengikuti perebutan kejuaran POPSI ke Gelanggang Senayan, Jakarta dan berhasil merebut juara III. Bapak Panji (almarhum) sebagai pembina tim basket ikut andil pula membawa nama SMA Xaverius ke tingkat nasional.
3. Pembentukan Kijarsena (Kompi Pelajar Serba Guna) atau Pramuka sekolah sebagai sarana penggerak disiplin unit-unit drum band dan tata tertib sekolah yang kompak
4. Ektrakurikuler dalam bidang musik dan keseniaan maju. Hadirnya nama Octarina Band, pimpinan Syaiful Mahidin merupakan inti dari seni musik dan tari. Octarina Band pernah mengadakan pertunjukan tari dan nyanyi di Gedung Pertemuan Sungai Gerong. Grup band ini juga pernah mengadakan pentas tiga malam berturut-turut, tahun 1966 di Gedung St. Pius dalam rangka mencari dana bagi korban bencana alam. Dana yang berhasil dikumpulkan sebanyak Rp. 9.000.000,00 langsung diberikan kepada Bapak Walikota Palembang, Abdullah Kadir, yang saat itu sebagai Ketua Koordinator Daerah Bencana Alam.
Dalam masa kepemimpinan Bapak Drs. F. S. Bandiman, SMA Xaverius juga harus mengikuti perubahan sistem pendidikan yang diberlakukan. Pada tahun ajaran 1962/1963 lahir sistem pendidikan yang dikenal dengan sebutan SMA Gaya Baru. Salah satu aturan dalam sistem tersebut adalah adanya pola penjurusan sesuai dengan bakat dan kemampuan siswa ketika kenaikan ke kelas 2. Ada 4 jurusan yaitu: Ilmu Pasti, Ilmu Pengetahuan Alam, Sosial, dan Budaya. Salah satu alumni yang pernah dibina oleh Pak Bandiman adalah Radjab Semendawai, kelahiran Gunung Jati 13 Juni 1947 (sekarang Seswilda Provinsi Sumatera Selatan).
Perlu diketahui juga bahwa pada saat Bapak Drs. F.S. Bandiman memimpin SMA Xaverius, Yayasan mendirikan juga SMA Xaverius Bagian Putri di Jln. Kolonel Atmo. Kepala Sekolahnya adalah Suster Clementina (1961-1963) dan Suster Maria Charitas (1964-1967).

Sejarah terus bergulir, begitu juga dengan sejarah eksistensi SMA Xaverius. Pergantian kepemimpinan adalah hal biasa. Maka pada 1 Desember 1966 – 31 Januari 1972 SMU Xaverius mengalami pergantian kepala sekolah dari Drs. F.S. Bandiman kepada Bapak N. M. Soenarli, B.A. Beliau dikenal sebagai sosok seorang kepala sekolah atau pemimpin yang dalam bahasa Jawa dikenal “andap asor lan lembah manah” (ramah dan rendah hati-low profile).
Pada awal kepemimpinan tahun 1967 beliau mengemban tugas cukup berat, sebab SMA Xaverius dipercaya sebagai rayon penyelenggaraan ujian negara dan mempunyai wewenang memberikan evaluasi serta menetapkan kelulusan para siswa peserta ujian. Waktu itu ada tiga SMA yang berwalikan SMA Xaverius, yaitu SMA Xaverius 2, SMA Xaverius 3, dan SMA St. Louis.
Pada masa kepemimpinan beliau inilah nama SMA Xaverius 1 muncul. Berdasarkan Piagam Pengakuan SMA Swasta No. 35/205 Kepala Dinas SMA pada Direktorat Pendidikan Menengah Umum Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Pusat, tertanggal 9 November 1970, nama SMA Xaverius 1 tertulis secara resmi pada instansi pemerintah.
Dalam kepemimpinan N.M. Soenarli, B.A., jurusan Budaya (dulu Bagian A) dibuka di SMU Xaverius dengan peminat sebanyak 17 siswa dan 14 siswi dari SMA Xaverius Putri. Mulai inilah pertama kalinya SMA Xaverius bercampur, mungkin putra-putri dalam satu kelas, yang memberi nuansa lain untuk membangkitkan minat belajar siswa.
Pada tahun 1971 SMA Xaverius mendapat hak dari pemerintah dalam hal ini Kepala Perwakilan Departemen P dan K untuk menyelenggarakan ujian sekolah. Salah seorang alumninya adalah Rosihan Arsyad ( menurut keterangan dari Pak Bandiman, beliau pernah memegang genderang pasukan drum band, Red.; sekarang Gubernur Provinsi Sumatera Selatan).
Pandu sekolah pernah mendapat undangan waktu peletakan batu pertama Jembatan Ampera. Dalam kenangan Pak Narli Pandu lebih mengesankan dari kegiatan lain karena kesannya lebih bersifat internasional. Kelebihannya terletak pada penciptaan sikap disiplin.
Kegiatan olahraga seperti sepak bola dan basket sangat menonjol, begitu juga bola voli. Sepak bola Bangau cukup disegani dan sering tanding dengan tim luar atau tim sekolah lain. Tim basket Bangau juga terkenal dan diperhitungkan di tataran pelajar Palembang. Begitu juga tim bola volinya cukup tangguh. Di bidang kesenian, 27-28 Mei 1967, siswa SMA Xaverius dengan nama Kidjar mengadakan Malam Gerak Gaya dan Nada di Gedung St. Pius. Majalah Gita yang ditangani oleh M. Siddiq Agus Putra berjalan lancar, di bawah bimbingan Bapak Syahrulsyam. Seksi Majalah mengadakan Malam Kesenian dengan nama Malam Gita Locajaya, 24-25 Agustus 1967, dengan menampilkan tarian, pantomim, dan musik. Data prestasi siswa secara lengkap dapat dilihat pada Data Prestasi.

Masa jabatan Bapak N. M. Soenarli dalam memimpin, membimbing, dan membina SMU Xaverius berakhir tanggal 31 Januari 1972. Sebagai pengganti beliau, oleh Yayasan dipilih Bapak Drs. T. Soedadi mulai 1 Februari 1972.

III. 1972-1987: MASA PENDEWASAAN DAN PEMATANGAN PRES-TASI
Periode 1972 – 1987 kepemimpinan SMA Xaverius 1 dipegang oleh Bapak Drs. T. Soedadi. Beliaulah satu-satunya kepala sekolah yang menduduki jabatan paling lama hingga tiga periode. Periode pertama tahun 1972-1976, kedua 1977-1981/1982, periode ketiga 1982/1983 – 1986/1987.
Prestasi siswa dalam bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler dan kegiatan guru maupun karyawan, semua terekam dalam buku khusus berjudul SMA Xaverius 1 Palembang dalam Tiga Pancawarsa 1972-1987.
Perlu dicatat bahwa tahun 1974 ada tiga siswa SMA Xaverius 1 berhasil memenangkan sayembara Mengarang Prosa Hari Pahlawan 10 November 1974. Mereka itu adalah : 1) Arisman N.I. Baharuddin dalam judul Jiwamu Besar Kawan (Juara II); 2) Mohammad Syamsidi dalam judul Kukenang Kau Pahlawan (Juara III); Wenny Umboh dalam judul Revolusi dan Pengorbanan (Juara Harapan)

Pada tahun 1975 Arisman dan Wenny Umboh juara I dalam sayembara yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan. Arisman keluar sebagai pemenang I putra dengan judul prosanya : Hatinya Hatinya Resah dan Resah-Resahnya Berhati-hati, sedangkan Wenny Umboh memperoleh juara I putri dengan puisi berjudul Catatan Revolusi. Yohanes Sarworo Suprapto (Seminari St. Paulus-sekarang dosen Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada) dalam tahun ini berhasil meraih gelar juara I sayembara mengarang prosa Bahasa Indonesia Tingkat Daerah yang diselenggarakan oleh Proyek Pengembangan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dengan judul karangan Manusia, Hukum, dan Pemuda Indonesia.
Tahun 1976 Wenny Umboh keluar sebagai pemenang I sayembara mengarang puisi yang diselenggarakan oleh Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sumatera Selatan dalam rangka memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan dengan judul puisinya Sebuah Revolusi di Tepi Sungai Musi. Tahun 1977, Yohanes Sarworo Supropto pemenang II sayembara Hari Pahlawan dengan puisinya yang berjudul Segenap Warga Kampung.
Tahun 1979, Agus W. Hardono (2 IPA 3)-pernah menjadi guru Kimia SMU Xaverius 1 dan sekarang mengajar di SMU St. Ursula, Jakarta-, menjadi pemenang I sayembara mengarang prosa Hari Pahlawan Tingkat Daerah, Alex Kurniawan (2 IPS 1) sebagai pemenang II, sedangkan Baptista Sugito (sekarang guru Seminari Santo Paulus) menjadi pemenang Harapan II.
Tahun 1980 muncul nama Adhi Kusumaputra (2 1 A-sekarang wartawan Kompas) keluar sebagai pemenang tingkat SMTA dalam lomba mengarang yang diselenggarakan oleh Panitia Peringatan 50 Tahun Yayasan Xaverius Keuskupan Palembang dengan judul karangan SMA Xaverius sebagai Batu Loncatan ke Perguruan Tinggi.
Prestasi siswa dalam karang-mengarang memang demikian banyak. Semua itu berkat pembimbingan para guru, terutama guru bahasa, seperti Pak Syahrul almarhum. Tahun 1983, tercatat prestasi siswi, Rita Safita Aryanna, kelas 3 IPA 5 meraih juara Lomba Mengarang SMTA yang diselenggarakan oleh Panitia Gerakan Nasional/Bulan Bahasa 1983, Seksi Pekan Bahasa dan Sastra Departemen Dikbud Kotamadia Palembang dengan judul karangan Kesiapan Kaum Muda untuk Tetap Bersatu.
Demikian juga ekstrakurikuler olahraga, perlu dicatat di sini beberapa prestasi yang membawa harum nama SMA Xaverius 1 semasa pimpinan Bapak Drs. T. Soedadi. Tahun 1972 tim bola basket SMU Xaverius 1 memperoleh juara dalam kegiatan Dies Natalis XII Basket Ball Putri se-Kodia Palembang; Juara Umum II dalam Pesta Olahraga Dies Natalis XVIII, dan Juara I Ping Pong dalam kegiatan Ping Pong Putri GMKI tahun 1977.
Tahun 1984 predikat Club Favorite dalam lomba sepatu roda KAXP se-Kodia Palembang diperoleh oleh siswa-siswi SMU Xaverius 1. Begitu juga sederetan prestasi juara yang lain, misalnya Juara I Lomba Gerak Jalan 8 Km Hardiknas se-Kodia Palembang tahun 1985, Juara I Lomba Tenis Meja HUT RI ke-40 tahun 1985 se-Kodia Palembang, dan Juara I Bulu Tangkis Tunggal Putri dalam rangka Hardiknas se-Kodia Palembang.
Dalam bidang kesenian prestasi siswa-siswi SMU Xaverius 1 yang turut mengharumkan nama sekolah antara lain: juara I lomba Tari Pekan dan Festival Seni Budaya Sriwijaya tahun 1984; Juara I Lomba Modifikasi Busana Tradisional Indonesia HUT KH UNSRI ke-26, tahun 1985; juara I Lomba Paduan Suara Pekan Kesenian Hardiknas tingkat Regional tahun 1986, menyusul tahun berikutnya juara I lomba Paduan Suara lagu-lagu GOLKAR 1987, juara I Paduan Suara Lagu-lagu GOLKAR Ilir Timur II, Dirigen Terbaik Tingkat Regional, dan lomba paduan suara lagu-lagu GOLKAR. Ini semua berkat kerja keras Ibu Helena Pende, BA., sebagai pembimbing dan pengasuh ekstrakurikuler Paduan Suara dan Koor SMU Xaverius 1.
Dalam bidang akademis yang lain, SMU Xaverius 1 tahun 1986 meraih Juara II se-Kodia Palembang dalam Kompetisi Cerdas Cermat Matematika di bawah asuhan Bapak Drs. Noersinggih (sekarang sudah pensiun dan menjadi kepala sekolah SMU Kusuma Bangsa), Juara I Lomba Pidato Bahasa Inggris dalam rangka Dies Natalis ke-18 dan wisuda sarjana muda Universitas Sriwijaya tahun 1987 atas asuhan Bapak F.X. Sihono, B.A. (sekarang sudah sarjana dan baru menempuh S2).
Selama Bapak Drs. T. Soedadi memimpin dan membina SMU Xaverius 1 dalam tiga pancawarsa atau 15 tahun (1972-1987), cukup banyak prestasi akademis yang dicapai. Pembangunan fisik pun maju pesat, gedung lama yang beratapkan sirap, tahun demi tahun direhab menjadi gedung indah berlantai tiga. Ini semua tentu berkat kerjasama antara Yayasan, Pemerintah, para guru, dan dukungan masyarakat khususnya orang tua murid dan para alumni yang merasa ikut memiliki SMU Xaverius 1, masih kental di hatinya nostalgia indah dan mengesankan selama mereka bercengekarama di Jalan Bangau 60 Palembang. Rasa itu tetap ada meskipun mereka sekarang sudah menjadi pengusaha, birokrat, pedagang, paramedis, dosen, guru besar, rohaniwan, biarawan, biarawati dan yang terpanggil menjadi manusia yang bermanfaat sesuai dengan bidangnya masing-masing.

IV. 1987-SEKARANG: MASA PELESTARIAN DAN PENINGKATAN PRESTASI KE ARAH GLOBAL

Setelah masa Drs. T. Soedadi, tahun 1987 – 1991 SMU Xaverius 1 dipimpin oleh Aloysius Kismo Kinardi, B. Sc. tamatan Universitas Diponegoro Semarang. Pengalaman beliau yang berkaitan dengan konsepsi pendidikan SMU baik di dalam negeri maupun di luar negeri cukup menyakinkan. Ia seorang guru instruktur dalam bidang Fisika sejak Desember 1979. Sebagai guru instruktur beliau mengadakan pengamatan pendidikan di luar negeri. Pendidikan instruktur di Penang Malaysia ditempuh tahun 1980, di Australia tahun 1983, dan di Inggris tahun 1986.
Dari pengalaman di luar negerinya, beliau mulai berpendapat bahwa pelajaran fisika di Singapura lebih berbobot dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Kemajuan pesat terdapat di Thailand, walau negara itu sering dikatan tak kaya. Pak Ki, panggilan akrabnya, juga menyoroti dan membandingkan antara pendidikan fisika di Indonesia dan pendidikan fisika di luar negeri.
Di Indonesia, dalam proses belajar mengajar siswa berada di kelas, lalu gurunya berkeliling, tetapi di luar negeri, siswanya yang berkeliling menemui gurunya. Di sini (Indonesia, termasuk SMU Xaverius 1) peminat IPA banyak sekali (A1), sementara di negara yang pendidikannya lebih maju daripada Indonesia, misalnya Inggris dan Australia, peminat Fisika (A1) kurang. Dalam satu kelas jurusan IPA (A1), peminatnya hanya 7-12 orang, paling banyak 17 orang, sementara di Indonesia jurusan IPA (A1) per kelasnya bisa rata-rata 40 – 45 orang. Hal yang kontras bukan ?
Berdasarkan latar belakang pengalaman dan pendidikannya itulah maka Bapak A.K. Kinardi, B.Sc. sudah pantas dan selayaknya mengemban tugas dari Yayasan Xaverius Pusat untuk mengelola dan memimpin SMU Xaverius 1 yang semakin bertambah banyak jumlah siswa, ruang kelas, laboratorium, dan guru-guru serta karyawannya.
Memang hanya satu periode kepemimpinan Pak Kinardi menjadi Kepala SMU Xaverius 1, tetapi kebijakan-kebijakan yang pernah dilakukan untuk meningkatkan mutu dan kualitas SMU Xaverius 1, hingga sekarang dapat dirasakan.
Semasa Bapak A.K. Kinardi, B.Sc. memimpin SMU Xaverius 1 banyak kegiatan yang dilakukan di sekolah ini, baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler. Kegiatan intrakurikuler misalnya, guru mengadakan remedial pada sore hari untuk siswa-siswi yang dirasa kurang. Waktu itu sistem yang berlaku adalah semester sehingga indeks prestasi kumulatif sangat mempengaruhi kenaikan siswa.
Kegiatan ekstrakulikuler yang dilaksanakan antara lain : 1)Bidang Ilmu Pengetahuan : komputer, KIR, elektronika, jurnalistik, perpustakaan, PKK, Bahasa Inggris; 2) Bidang seni : paduan suara, koor, puisi/drama, vokal group, seni lukis, seni tari; 3) Bidang olah raga : bola voli, sepak bola, bola basket, tenis meja, atletik; dan 4) Bidang kemasyarakatan : Koperasi, kepramukaan, PKS, PMR, Pramuka, Paskaxa, Palaxsa.
Dalam bidang akademis, terukir sejarah prestasi siswa-siswi yang mengangkat nama baik sekolah untuk tingkat lokal maupun nasional, antara lain :1) Pribadi Wiranda Busro, finalis bidang Ilmu Pengetahuan Alam LKIR LIPI TVRI XXI Tingkat Nasional tahun 1989; 2) Posma Budianto, juara II dan Puji Hastuti, juara III Lomba Mengarang Sejarah Tingkat Nasional dalam rangka Hari Kebangkitan Nasional tahun 1990; 3) Stevanus Andhika Sutejo, finalis bidang Teknologi LKIR LIPI TVRI XXIII tingkat Nasional tahun 1991; dan 4) Aprilia, Pelajar Teladan 1991 yang mewakili Provinsi Sumatera Selatan ke tingkat Nasional.
Dalam rangka memperjuangkan kesejahteraan guru dan karyawan, Bapak A.K. Kinardi B.Sc. memperhatikan mereka. Bapak dan ibu guru tetap diwajibkan menjalankan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan profesi masing-masing, tetapi hak-hak guru mulai diperjuangkan sehingga setitik harapan dan kelegaan mulai mengalir dalam diri bapak ibu guru SMU Xaverius 1. Suasana kejujuran dalam kerja pun dapat dirasakan. Salah satu perjuangan beliau yang sampai sekarang tetap dirasakan adalah adanya penghargaan kerja guru. Mungkin pengalamannya dalam dunia pendidikan di luar negeri terhadap profesi guru yang mendorong Pak Kinardi terpanggil untuk memeperjuangkan nasib guru dan karyawan.
Demikian juga beliau sangat perhatian terhadap perpustakaan sehingga berani mengeluarkan anggaran besar guna menambah koleksi buku yang dapat dipastikan sangat membantu memajukan rasa, budi, dan pengetahuan siswa-siswi dan guru-gurunya.
Sebaiknya kita juga banyak mengucapkan banyak terima kasih atas jasa-jasanya dalam memajukan SMU Xaverius 1. Beliau sekarang sudah purna-bakti (pensiun) dan diminta untuk membantu mengelola SMU Kusuma Bangsa.

Bapak A.K. Kinardi, B.Sc. digantikan oleh Bapak Y. Sitohang, B.A., tamatan IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. Sebenarnya Pastur M. J. Weusten SCJ. sebagai Delegatus Pendidikan masih berharap supaya Bapak Kinardi tetap melanjutkan kemimpinannya, tetapi beliau tidak bersedia dan ingin mengabdikan diri ke dunia ilmunya yang dinilainya lebih kompleks.
Tahun 1991-2001, SMU Xaverius 1dipimpin oleh Bapak Y. Sitohang, B.A. Sederetan prestasi juga tercatat selama kepemimpinan beliau, baik bidang akademis maupun nonakademis.
Prestasi-prestasi siswa-siswi pada masa kepemimpinan Bapak Y. Sitohang, BA. yang mengharumkan nama SMU Xaverius 1, antara lain :
1. Juara I, Lomba Cerdas Cermat Biologi Kedokteran II, Angkatan 1992, Senat Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNSRI yang diselenggarakan tanggal 1-3 April 1994.
2. Juara II Beregu, Lomba Cerdas Cermat Matematika IX, tingkat SMTA se-Sumatera Selatan tahun 1994.
3. Juara I Kompetisi Matematika dan Komputer tingkat SLTA se-Sumatera Selatan tahun 1996, yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya.
4. Dalam bidang fisika tercatat Herry ikut serta menjadi wakil Indonesia dalam International Physics Olympiad di Autralia (1994). Hendra, adik Herry, juga mengukir prestasi yang sama dengan kakaknya ke tingkat internasional di Canada, Amerika Serikat (1997)(baca : Siswa Berprestasi)
5. Juara Putri Lomba Cepat Tepat Pramuka Tingkat SMU Xaverius se-Kodia Palembang tanggal 28-30 November 1997 di Lem Cadika.
6. Trofi bergilir Lomba Cerdas Cermat Bahasa Inggris yang diselenggarakan Radio Gema Mutiara dalam rangka Hari Radio dari Kepala Stasiun RRI Palembang.
6. Dalam bidang seni SMU Xaverius 1 juga banyak prestasi. Di bawah asuhan Ibu Helana Pende, B.A., koor dan paduan suara SMU Xaverius 1 memperoleh juara I, Lomba Paduaan Suara Palembang tanggal 28 Agustus 1994. Gelar Juara I Festival Vokal Grup Tingkat SLTA se-Kodia Palembang yang diselenggarakan di SMU Negeri 3 Palembang juga diperoleh. Pada tahun 1995-1996 kelompok band sekolah El Xaba berkali-kali menjadi juara dalam berbagai festival, bahkan sempat mewakili wilayah Sumatera Bagian Selatan ke Grand Final Festival Band Hai-ANTEVE, di Yogyakarta.
7. Dalam bidang olah raga, kepiawaian siswa-siswi SMU Xaverius 1 pun turut membawa nama baik sekolah. Buktinya siswa-siswi SMU Xaverius 1 mampu meraih Juara I Pertandingan Bola Voli Putri antar-SMU se-Kodia Palembang dalam rangka Hari Kunjung Perpustakaan, Perpustakaan Daerah Sumatera Selatan tahun 1996. Demikian juga berhasil direbut Juara I Tournament Bola Basket Tingkat SLTA dan SMU Hexos Unanti Cup II, se-Kodia Palembang. tanggal 08-13 April 2001.
8. Di dalam bidang rohani, untuk mengembangkan keseimbangan antara otak, badan dan jiwa para siswa-siswi SMU Xaverius 1, sekolah bekerjasama dengan bapak ibu guru yang mengajar agama, para pembina rohani (pastor dan suster) menyelenggarakan retret atau rekoleksi di Podomoro Km. 14 atau di Rumah Retret Giri Nugraha Km 7. Pelaksanaan pembinaan rohani ini biasanya ditekankan dan diberlakukan pada siswa-siswi kelas 3 SMU Xaverius 1, yang tidak lama lagi akan meninggalkan SMU Xaverius 1, untuk studi lagi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Paling tidak jiwa dan mental siswa-siswi SMU Xaverius 1 sudah diisi dengan siraman rohani sehingga mereka siap menghadapi tantangan-tantangan berikutnya. SMU Xaverius 1 juga meraih juara II dalam Lomba Mazmur yang diadakan dalam rangka memperingati Bulan Kitab Suci tanggal 23 September 1997.
Masih banyak sederetan prestasi yang lain (lihat Data Prestasi tahun 1992-2001). Terima kasih banyak kepada Bapak Y. Sitohang, B.A. barsama dewan guru, karyawan yang telah bekerja keras untuk mempertahankan nama SMU Xaverius 1 yang di hati masyarakat sudah dipercaya sebagai sekolah yang baik, bermutu, dan berdisiplin.

Mulai tahun 2001 hingga sekarang, kepemimpinan SMU Xaverius 1 dipercayakan kepada Bapak Drs. Irenaeus Sukendro. Estafet kepemimpinan SMU Xaverius 1 dipegang oleh beliau. Nuansa dan gaung baru terasa. Mengapa demikian ? Di samping sebagai seorang alumnus SMU Xaverius 1 tahun 1971 beliau yang juga seorang sarjana lulusan IKIP Sanata Dharma, sebelum menjadi guru dan kepala sekolah SMU Xaverius 1, telah memiliki pengalaman kepemimpinannya yang lumayan banyak, bahkan sejak menjadi mahasiswa. Tahun 1978 beliau dipilih oleh mahasiswa dan dipercaya oleh Prof. Dr. Kellas SJ. (Romo Kadarman) yang saat itu sebagai rektor IKIP Sanata Dharma Yogyakarta untuk menjadi Ketua Dewan Mahasiswa.
Dalam dunia pendidikan pun beliau pernah menjadi guru sekolah favorit di SMU Kolese De Britto, Yogyakarta. Sesudah menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana, Drs. I. Sukendro dipercaya oleh Delegatus Pendidikan, Pastor Weusten SCJ, menjadi kepala sekolah SMA Xaverius Lubuk Linggau. Berbagai pengalaman dalam menghadapi dan mengatasi kondisi siswa-siswi dan masyarakat Lubuk Linggau, yang tentunya suasana belajar dan kedisiplinannya berbeda dengan SMU Xaverius 1, Palembang semakin memperkaya referensinya dalam pengelolaan sekolah.
Dalam kepemimpinan beliau, aktivitas dan kegiatan yang bekaitan dengan persekolahan tetap melanjutkan dan meneruskan kegiatan yang telah dirintis oleh para pendahulunya tanpa melupakan perubahan sebagai bagian dari proses kehidupan yang berjalan sesuai dengan zaman dan tantangannya.
Nuansa reformasi dalam bidang pendidikan pun agaknya tak bisa dihindari. Gejolak zaman dan perkembangannya membawa arus fenomena ke arah yang serba berubah. Hal tersebut sebagaimana kita rasakan dalam iklim politik nasional maupun global. Perkembangan arus demikian jelas terbaca dan diantisipasi oleh kepala sekolah.
Kepemimpinan Drs. I. Sukendro juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Emas SMU Xaverius 1. Sekolah ini sudah berusia setengah abad, 50 tahun. Sehubungan dengan hal ini banyak kegiatan yang dilaksanakan. Untuk itu pihak sekolah menjalin bekerja sama dengan para alumni, terutama yang berada di Palembang. Berbagai kegiatan terwujud, baik yang berdimensi akademis, sosial, ekspresi dan seni, olah raga, rekreasi, malam temu alumni, dan malam resepsi.

Kegiatan yang dirancang dan dilaksanakan oleh alumni, di antaranya bekerja sama dengan sekolah, antara lain:
1. kegiatan sosial dalam bentuk khitanan massal, 8 Juli 2001, donor darah, 21 Juli 2001, pengobatan massal, 15 Juli 2001, dan anjang sana, 21 Juli 2001. Khitanan massal, donor darah, dan anjang sana dilaksanakan di SMU Xaverius 1 sesuai dengan jadwal, kerja sama alumni dan sekolah; sedangkan pengobatan massal dilaksanakan di Sungai Lacak, Kelurahan Gandus, Palembang. Semuanya berlangsung dengan baik dan tepat sasaran sesuai dengan tujuan yang ditentukan.
2. Seminar, dilaksanakan 12 Juli 2001 di Hotel Swarna Dwipa, menghadirkan Dr. Sri Adiningsih, Deputi Bank Indonesia, dan praktisi bisnis Jon A. Masli (alumni). Kegiatan ini dihadiri oleh ratusan undangan dari berbagai kalangan, baik dari instansi terkait, perbankan, praktisi, akademisi, maupun tokoh masyarakat.
3. Olah raga, dalam bentuk jalan santai keluarga, sepak bola, bola voli, golf, tarik tambang dan permainan. Kegiatan olah raga ini hampir seluruhnya dilaksanakan di SMU Xaverius 1, kerja sama alumni dan sekolah, kecuali olah raga golf yang dilaksanakan di Palembang Golf Club, Taman Kenten.
4. Rekreasi, diwujudkan dalam bentuk Musi Tour, 22 Juli 2001, dilaksanakan sesuai dengan jadwal.
5. Malam Temu Alumni, diadakan 21 Juli 2001 di Hotel Swarna Dwipa, dengan mendatangkan artis Denada, dilaksanakan sesuai dengan jadwal.

Kegiatan tersebut seluruhnya berjalan dengan baik dan dapat dikatakan sangat sukses berkat kerja keras Panitia Reuni dan HUT Emas SMU Xaverius 1. Proviciat!

Di sisi lain, pihak sekolah juga mempunyai serangkaian program demikian banyak yang menyita waktu maupun peran serta bapak-ibu guru, karyawan, dan siswa. Pihak SMU Xaverius 1 mengadakan:

1. diskusi panel, yang dilaksanakan Juni 2001, di Ruang Sidang SMU Xaveius 1, dengan topik: SMU Xaverius 1 50 Tahun: Quo Vadis? Bertindak sebagai pembicara adalah Y. Sitohang, B.A. (waktu itu masih kepala sekolah) dan Drs. I. Sukendro (sekarang kepala sekolah).
2. Bazar, 26-28 Oktober 2001, dilaksanakan di lingkungan SMU Xaverius 1.
3. Malam resepsi, 30 Oktober 2001, di Hotel Swarna Dwipa, yang dihadiri oleh para tamu dan undangan, guru, karyawan, dan siswa.
4. Seminar Reformasi Pendidikan, 11 Januari 2002, di Ruang Sidang SMU Xaverius 1 dengan menghadirkan narasumber Drs. Hartono, M.A. dari Universitas Sriwijaya, Drs. G. Sukadi, Kahumas Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Dr. Paul Suparno SJ, Rektor Universitas Sanata Dharma, R. Rohandi, M.Pd., juga dari Universitas Sanata Dharma.
5. Retret bagi staf, guru, dan karyawan SMU Xaverius 1, yang dilaksanakan di Wisma Giri Nugraha Km 7, 12-13 Januari 2002, untuk membangkitkan dan menyegarkan kembali semangat, dedikasi, dan loyalitas.
6. Rekreasi bersama staf, guru, dan karyawan ke Lampung, 11-14 Maret 2002.


Dalam kepemimpinan Drs. I. Sukendro, meskipun belum lama, prestasi siswa juga semakin terbukti. Alexander Tanzil memasuki tingkat nasional untuk seleksi peserta International Physics Olympiad (IPO). Ia menduduki peringkat kedua belas di antara seluruh peserta seleksi dari seluruh Indonesia yang lebih dari empat puluhan. Sialnya, yang dipakai ke tingkat internasional hanya sebelas peserta. Dalam waktu lain pada perlombaan yang bertaraf nasional, Kompetisi Matematika Fisika yang diselenggarakan oleh Universitas Parahyangan, Bandung, 25-26 Januari 2002, tim yang terdiri dari Alexander Tanzil, Harry Lesmana, dan Yudistira, di bawah pendampingan Drs. Leo Junaidi berhasil memperoleh gelar juara II. Aldo juga mengikuti kompetisi khusus matematika pada kesempatan yang sama. Meskipun belum memperoleh juara, ia telah mengukir pretasi yang baik dan mewakili sekolah. Begitu juga dalam lomba matematika lokal yang diselenggarakan oleh FKIP Universitas Sriwijaya, 17 Februari 2002. Alexander Tanzil dalam kelas Perorangan Tingkat SMU memperoleh juara I, sedangkan dalam kelas beregu, tim sekolah memperoleh juara II dan III.
Peristiwa yang menarik adalah seminar tentang Reformasi Pendidikan di Indonesia, yang diadakan tanggal 11 Januari 2002 di Ruang Sidang SMU Xaverius 1, dengan menghadirkan beberapa narasumber ahli sebagaimana disebutkan di atas. Pemilihan topik tersebut mengingatkan kita pada tulisan Andreas Harefa (2001: xiii-) dalam Kesaksian Penulis: Ketika Pendidikan Hanya Menghasilkan Air Mata. Kondisi, sistem, dan keterjebakan dalam paradigma yang ‘salah’tentang pendidikan benar-benar perlu direformasi. Apalagi menghadapi wacana globalisasi, kesalahkaprahan paradigma tersebut, baik kalangan guru, kepala sekolah dan staf, karyawan, siswa, orang tua, dan masyarakat, harus diubah sesuai dengan tuntutan zaman, jika tidak ingin menjadi kaum yang dimarginalkan oleh perubahan yang tak bisa dielakkan atau ditepiskan.
Salah satu di antara narasumber adalah Doktor Paul Suparno SJ, Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang datang terlambat karena hambatan pesawat. Tahun 1978 beliau adalah mahasiswa Jurusan Fisika IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. Pada saat I. Sukendro menjabat sebagai ketua Dewan Mahasiswa IKIP Sanata Dharma, Paul Suparno menjabat sebagai bendahara Dewan Mahasiswa IKIP Sanata Dharma. Gelar doktor diperolehnya di Amerika Serikat sebagai spesialis fisika. Di belakangnya namanya terdapat huruf SJ. Itu menunjukkan ia seorang rohaniwan yang moralitasnya dibina dan ditempa oleh Serikat Jesus, kongregasi yang pada abad 16 dirintis oleh Ignatius de Loyolla.
Menurut pengamatan Dr. Paul Suparno SJ, “Yang cocok untuk diterapkan pada anak didik dalam mengajar dan mendidik, yaitu jika kita para guru berpedoman pada filsafat konstruktivisme.” Dalam pandangan filsafat tersebut, pendidik memberikan petunjuk yang membantu anak didik dalam menguasai bahan pelajaran. Kualitas dan kuantitas pengetahuan dapat dibentuk secara pribadi (personal) oleh siswa. Semua pelajaran, termasuk arahan guru, hanya merupakan bahan yang harus diolah dan dirumuskan sendiri oleh siswa. Di sisi lain pengetahuan juga dapat dibentuk karena bersama orang lain (sosial).
Model pembelajaran yang dianggap baik adalah model demokratis dan dialogis. Siswa dapat mengungkapkan gagasannya sebagai cerminan olah pikirnya, tidak merasa takut mengkritik bila gagasan yang disampaikan guru yang tidak benar, dan dapat menemukan serta mengungkapkan alternatif jalan pikiran lain dari gurunya. Pola tradisional guru main diktator yang hanya menekankan satu nilai, satu jalan keluar, sudah ketinggalan zaman. Guru lebih bersikap demokratis. Oleh karena itu, model pendidikan yang membuat siswa tak berani bicara (budaya bisu) atau mengurangi kesempatan siswa mengutarakan gagasannya sudah merupakan pola yang uzur. Pendidikan yang benar harus membebaskan siswa untuk berpikir, berkreasi, dan berkembang. Siswa tidak dijadikan sebagai objek yang penurut seperti robot, tetapi diperlakukan sebagai pribadi yang dapat berpikir dan menentukan sikap.
Dalam pola pikir atau paradigma tersebut para guru ditantang untuk terus ‘belajar’ meningkatkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya dan kemajuan zaman, meningkatkan keterampilan, serta rajin mengembangkan sikap profesionalismenya. Guru dalam arti sejati merupakan ‘manusia dewasa’ yang sikap, perilaku, dan perkataannya pantas ditiru dan diteladani oleh manusia-manusia muda yang berusaha menemukan jati dirinya serta kemandiriannya.
Demikianlah gambaran jejak-jejak langkah SMU Xaverius 1 sejak berdiri hingga kini, dalam usia emasnya. Sebagai lembaga pendidikan yang terus berusaha melayani kebutuhan masyarakat Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, maupun negara Indonesia, SMU Xaverius 1 akan terus berjalan menapakkan kaki dengan pasti, langkah demi langkah secara mantap, dan akan terus meninggalkan jejak-jejak tapak sejarah manis sebagai fakta proses dan keberhasilan yang ditorehkannya. Emas Usiamu, Emas Prestasimu! (Doet)

No comments: